Sampai saat ini kondisi pendidikan di Indonesia masih belum merata. Masalah tersebut disebabkan berbagai faktor, diantaranya adalah kemiskinan, sumber daya manusia, rendahnya kualitas guru, rendahnya prestasi serta sarana dan prasarana sekolah. Kesempatan bersekolah anak-anak di perdesaan lebih rendah dibandingkan di perkotaan. Kondisi ini tecermin dari tingginya persentase anak tidak sekolah (ATS) di perdesaan dibandingkan perkotaan pada 2020.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase ATS pada kelompok usia 16-18 tahun di perdesaan mencapai 27,81% sepanjang tahun lalu. Persentase itu lebih tinggi dibandingkan di perkotaan yang mencapai 18,11%.
Pada kelompok usia 13-15 tahun, persentase ATS di perdesaan mencapai 9,05%. Sementara, persentase ATS pada usia 13-15 tahun di perkotaan sebesar 5,84%.
Persentase ATS pada kelompok usia 7-12 tahun di perdesaan tercatat sebesar 0,98%. Di perkotaan, persentase ATS pada kelompok usia 7-12 tahun hanya 0,31%.
Persoalan kemiskinan adalah faktor utama anak anak tidak sekolah. Penyebab dari faktor kemiskinan banyak anak-anak yang masih dibawah umur berkerja untuk membantu ekonomi keluarganya yang mengakibatkan mereka terhambat sekolahnya.
Melihat hal tersebut Sinergi Puspita membuat program beasiswa anak yatim . Beasiswa anak yatim, pemberian perlengkapan alat sekolah, pembangunan Character Building dan peningkatan life skill dan rumah tahfizh Anak.