sinergipuspita.com – Puasa merupakan ibadah wajib bagi umat Muslim yang telah balig, tetapi Ramadhan mengajarkan anak berpuasa sejak dini adalah langkah baik untuk membangun kebiasaan yang kuat di masa depan. Namun, Bunda perlu memperhatikan kesehatan dan kesiapan anak agar pengalaman belajar puasa tetap menyenangkan dan aman.
Kapan Waktu Terbaik untuk Anak Belajar Berpuasa?
Mengajarkan anak berpuasa sejak dini bisa menanamkan rasa cinta dan ketaatan. Namun, karena berpuasa memengaruhi pola makan, tidur, dan metabolisme tubuh, Bunda juga harus berhati-hati.
Anak-anak yang dipaksa berpuasa sebelum usia 7 tahun lebih rentan mengalami gangguan kesehatan seperti dehidrasi dan penurunan konsentrasi.
Dikutip dari laman Alodokter, salah satu risiko terbesar jika anak dipaksakan berpuasa dapat terkena hipoglikemia, yaitu kondisi ketika kadar gula darah turun drastis hingga tubuh kekurangan energi. Jika tidak ditangani, hipoglikemia bisa menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, hingga kerusakan otak.
Anak-anak lebih rentan mengalami kondisi ini karena cadangan gula dalam tubuh mereka masih terbatas, ditambah dengan metabolisme yang lebih cepat dibanding orang dewasa.
Oleh karena itu, penting untuk tidak memaksa anak berpuasa penuh sebelum usianya cukup. Sebagai gantinya, ajarkan mereka secara bertahap dengan cara yang menyenangkan.
Cara Menyenangkan Mengajarkan Anak Berpuasa
-
Kenalkan Konsep Rukun Islam
Sebelum mulai berpuasa, anak perlu memahami bahwa puasa adalah bagian dari rukun Islam. Gunakan bahasa yang sederhana atau tontonan edukatif untuk menjelaskan maknanya agar anak lebih mudah memahami dan tertarik.
-
Ajak Anak Ikut Sahur dan Berbuka
Bunda dapat melibatkan anak dalam kegiatan sahur dan berbuka bersama keluarga. Pastikan ada makanan favoritnya agar ia semakin antusias menjalani puasa. Dengan kebiasaan ini, anak akan lebih memahami waktu-waktu berpuasa dan merasa terlibat dalam ibadah Ramadan.
-
Mulai dengan Puasa Bertahap
Bunda jangan langsung meminta anak berpuasa penuh. Mulailah dengan puasa setengah hari, misalnya dari pagi hingga waktu dzuhur, lalu tingkatkan durasinya secara perlahan sesuai dengan kemampuan anak. Hindari paksaan agar anak tetap merasa nyaman dan menikmati proses belajarnya. Karena jika dipaksakan akan timbul ketakutan pada diri anak dan menyebabkan anak berbohong dengan makan atau minum secara sembunyi-sembunyi.
-
Siapkan Menu Berbuka yang Disukai Anak
Bunda dapat menyediakan makanan favorit anak saat berbuka, hal tersebut bisa menjadi motivasi agar mereka lebih semangat berpuasa. Tidak perlu makanan mahal, yang terpenting adalah makanan yang disukai anak sehingga ia merasa senang dan dihargai atas usahanya.
-
Lakukan Kegiatan Menyenangkan Selama Puasa
Agar anak tidak merasa bosan atau terlalu fokus pada rasa lapar, Bunda dapat mengajak mereka melakukan kegiatan seru seperti menggambar, membaca buku cerita Islami, atau ngabuburit bersama keluarga.
Selain mengalihkan perhatian dari rasa lapar, hal tersebut juga dapat mempererat hubungan orang tua dan anak.
-
Ajarkan Makna Berbagi Selama Ramadan
Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang berbagi dan peduli terhadap sesama. Setelah anak mulai berpuasa, ajarkan anak untuk berbagi kepada sesama, anak dapat menyisihkan sebagian uang sakunya untuk bersedekah atau berbagi makanan dengan yang membutuhkan.
Untuk menanamkan nilai ini, orang tua dapat mengenalkan anak pada berbagai kegiatan sosial selama Ramadan, seperti berbagi makanan berbuka, memberikan paket sembako, atau menyantuni anak yatim.
Banyak lembaga kemanusiaan yang menghadirkan program kebaikan di bulan suci ini, salah satunya Sinergi Puspita. Sinergi Pusputa aktif membantu mereka yang mebutuhkan melalui berbagai program seperti sedekah makanan berbuka, paket sembako ramadhan, dan santunan untuk yatim.
Sinergi Puspita mengajak kita semua untuk berbagi kebahagiaan di bulan penuh berkah ini. Dengan mengajarkan anak tentang pentingnya berbagi, mereka akan semakin memahami bahwa Ramadan adalah momen untuk memperbanyak kebaikan.
Mengajarkan anak berpuasa tidak hanya tentang menahan lapar, tetapi juga membangun kebiasaan ibadah dengan cara yang positif dan menyenangkan. Dengan pendekatan yang tepat, Ramadan bisa menjadi momen istimewa yang penuh kebahagiaan bagi anak-anak.